Selasa, 27 Maret 2012

SEKILAS TENTANG USAHA JENANG JAKET DI KELURAHAN MERSI

Industri pengolahan pangan di Kabupaten Banyumas sebagian besar termasuk industri pangan berskala kecil. Industri-industri pangan berskala kecil pada umumnya masih menggunakan teknologi tradisional, sehingga kualitas produknya masih beragam dan belum sepenuhnya mengikuti standar-standar kualitas yang telah ditetapkan. 
Makanan tradisional sebagai makanan khas suatu daerah diolah secara tradisional turun temurun dari bahan yang tersedia di daerah tersebut. Di Indonesia banyak terdapat jenis makanan tradisional dan masing-masing memiliki ciri tersendiri yang biasanya akan menjadi ciri khas daerah itu sendiri. Beberapa diantaranya berkaitan dengan pelaksanaan tradisi budaya seperti misalnya jenang.
Menurut Astawan dan Wahyuni (1991), jenang merupakan jenis makanan dengan menggunakan bahan tepung beras ketan, gula, dan santan sebagai bahan baku utama dan bahan-bahan lain seperti susu, telur atau buah-buahan sebagai bahan tambahan untuk mendapatkan cita rasa yang khas. Menurut Kaplow (1970) dalam Setyani (1999), jenang didefinisikan sebagai suatu makanan yang dikonsumsi dengan bentuk sebagaimana adanya tanpa memerlukan rehidrasi serta cukup awet walaupun tanpa tindakan-tindakan pengawetan tambahan lainnya.
Jenang jaket merupakan salah satu makanan tradisional khas Kabupaten Banyumas yang dikonsumsi sebagai makanan kecil selain itu juga sebagai makanan dalam suatu hajatan dan oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke Purwokerto. Bahan baku utama pembuatan jenang adalah tepung ketan, gula dan santan kepala. Selain itu juga digunakan bahan tambahan seperti vanili, dan wijen untuk mendapatkan rasa yang khas.
Kelurahan Mersi merupakan sentra home industry jenang jaket di Kota Purwokerto. Menurut Bapak Agus, pengelola home industry jenang jaket Pertama, ada 5 home industry jenang jaket di Mersi yaitu, Jenang Jaket Pertama, Jenang Jaket Asli, Jenang Jaket Puspa Sari, Jenang Jaket Mukti Sari dan Jenang Jaket Dian Sari. Home industry tersebut merupakan produsen yang memenuhi kebutuhan jenang jaket di Kota Purwokerto dan sekitarnya. Secara garis besar ditinjau dari posisinya dalam persaingan pasar, ada 3 macam kelompok home industry jenang jaket di Kelurahan Mersi. Kelompok tersebut selanjutnya disebut cluster. Cluster pertama yaitu home industry jenang jaket yang memiliki kapasitas produksi terbesar, harga paling kompetitif, jumlah tenaga kerja yang paling banyak, performa usaha paling baik, paling awal dalam pendirian usaha,  jumlah teknologi/mesin yang digunakan, pengelolaan usaha paling baik, lokasi paling strategis, strategi pemasaran paling baik, biaya produksi paling ekonomis, laba bersih setelah pajak tertinggi. Kemudian diranking, home industry yang paling banyak dalam memperoleh ranking pertama merupakan home industry yang bertindak sebagai Cluster Market Leader.  
 Cluster kedua yaitu home industry jenang jaket yang merupakan pesaing utama Market Leader (Rival of Market Leader). Ditinjau dari berbagai kriteria/faktor penilaian yang ada, home industry ini paling mendekati performa Cluster Market Leader.
 Cluster ketiga yaitu home industry jenang jaket selain dari kriteria cluster pertama dan kedua. Cluster ini terdiri dari home industry jenang jaket yang ada dalam pasar jenang jaket Mersi dan ikut memenuhi kebutuhan permintaan jenang jaket namun dengan kuantitas tidak sebanyak dan sekuat cluster pertama dan kedua. Cluster ini disebut Cluster Follower.
Tujuan utama perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan dan mempertahankan perusahaannya dalam jangka panjang. Langkah yang ditempuh untuk menghasilkan laba yang maksimum dengan cara meningkatkan hasil penjualan produk dan mengendalikan biaya yang dikeluarkan (Sundari, 1999).
Kegiatan produksi dan penjualan yang dilakukan suatu perusahaan perlu perencanaan yang baik. Perencanaan penjualan yang perlu diperhatikan adalah penetapan harga jual produk, karena kegiatan tersebut berkaitan dengan keberhasilan pemasaran serta besar kecilnya laba yang akan diperoleh perusahaan. Harga jual adalah jumlah uang yang dibebankan oleh perusahaan kepada pembeli atas barang atau jasa yang dibeli atau diserahkan.
Informasi biaya merupakan salah satu alat bantu yang penting bagi perusahaan dalam membuat keputusan penetapan harga jual, karena memiliki kepastian yang relatif tinggi. Informasi biaya yang dibutuhkan yaitu biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik) dan biaya non produksi (biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum). Biaya tersebut memberi informasi batas bawah harga jual suatu produk. Harga jual yang berada di bawah biaya penuh produk akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Oleh karena itu, dalam kondisi normal serta faktor lain dianggap tetap (Ceteris Paribus), manajer penentu harga jual senantiasa memerlukan informasi biaya penuh dalam pengambilan keputusan penentuan harga jual, meskipun biaya bukan satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan harga jual (Mulyadi, 1997).
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam penentuan harga jual adalah metode berdasarkan cost plus pricing. Metode cost plus pricing adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan di atas biaya penuh untuk memproduksi dan memasarkan produk (Mulyadi, 1997). Salah satu dasar yang digunakan untuk menentukan harga jual produk adalah harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing. Menurut pendekatan ini, harga pokok produk terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (Sugiri, 1999).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar